
METRO24, LANGKAT – Kadis Pendidikan Kab. Langkat Saiful Abdi diminta untuk segera memanggil Kepsek SMPN 1 Stabat Drs.Tian kaban M.Pd terkait mahalnya harga sewa kantin dengan total mencapai Rp 28 juta per tahun. Hal ini penting dilakukan guna mencegah terjadinya praktik pungli berkedok penyewaan kantin.
“Kadis harus segera memanggil Kepsek SMPN 1 Stabat agar ditanyakan untuk apa saja uang sebanyak itu dipergunakan. Kenapa lokasi sekolah yang berstatus aset Pemkab Langkat bisa dijadikan ajang bisnis oleh oknum guru di sekolah tersebut,” kata Ali, Selasa (5/12/2023) siang.
Informasi berhasil diperoleh, untuk biaya sewa kantin pihak sekolah membandrol seharga Rp 90 ribu sampai Rp 120 ribu per minggunya. Dengan rincian kantin yang berjualan di dalam pagar dikenakan Rp.20.000/hari. Sementara kantin yang berada di luar pagar dikenakan tarif Rp.15.000/ hari.
Dari jumlah tersebut, maka apabila satu unit kantin disewakan Rp. 120.000 per minggu, maka untuk lima unit kantin total sewanya Rp. 600.000 per minggu. Kalau Rp. 600.000 dikalikan 4 minggu dalam satu bulan sebesar Rp. 2.400.000 dikalikan 12 bulan dalam satu tahun jumlahnya bisa mencapai angka Rp.28.800.000 (dua puluh delapan juta delapan ratus ribu rupiah).
Belum lagi terhitung kantin yang berjualan di luar pagar sekolah. Disana terdapat 3 unit kantin, untuk 1 unit kantin dipungut sewa Rp. 90.000 per minggu. Maka untuk 3 unit kantin total sewanya perminggu Rp. 270.000.
“Kalau Rp. 270.000 dikalikan 4 minggu dalam satu bulan sebesar Rp. 1.080.000 dikalikan 12 bulan dalam satu tahun jumlahnya sudah mencapai sebesar Rp. 12.960.000. Kalau ditotal sewa 8 unit kantin, cuan yang dihasilkan pihak sekolah per tahunnya bisa mencapai angka
Rp 41.760.000,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 1 Stabat Drs.Tian kaban M.Pd saat dikonfirmasi wartawan melalui telepon selulernya Sabtu(2/12/2023) malah emosi sambil mengeluarkan kata perang.
“Itu bukan urusan saya pak kalau bapak mau tanya soal kantin itu tanyakan saja sama wakil saya. Kalau soal uang sewa kantin itu dipergunakan untuk gaji Security dan uang kebersihan. Kalau saya selimper pun gak pernah menerima uang itu karena itu usaha guru-guru,” sebutnya.
“Kalo itu mau bapak ganggu itu namanya bapak mau ngajak perang sama guru- guru disana. Dan nanti bapak berhadapan sama 80 guru-guru disana, karena itu usaha mereka,” cetus Kepsek dengan nada sedikit emosi. (bayu)