METRO24.CO, BATU BARA – Terkait penyebab matinya ribuan ekor ikan air tawar jenis Nila milik Pembudidaya Teratai Mangkai Lama dan ikan liar di aliran anak sungai Dusun X (sepuluh) Desa Mangkai Lama, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batu Bara, memang diduga kuat akibat jebolnya tanggul pendingin limbah PKS PTPN IV Kebun Unit Gunung Bayu.
Dugaan pencemaran Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik Kebun Gunung Bayu tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Perkim dan Lingkungan Hidup Kabupaten Batubara, Lendi yang mengatakan bahwa jebolnya tanggul limbah PKS Gunung Bayu terjadi pada Sabtu 28 Desember 2024. Dan sesudah kejadian itu, pihaknya sudah langsung melakukan peninjauan lapangan sejak 1 Januari 2025.
Dugaan jebolnya tanggul limbah utama PKS PTPN lV Gunung Bayu yang letaknya berada di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun itu diperkuat pula dengan adanya perbaikan tanggul. Demikian dilokasi terlihat pihak PTPN IV Gunung Bayu menerjunkan alat berat berupa ekskavator, serta mengerjakan pemasangan trocok dan turap di titik tanggul yang jebol.
Lendi juga memperkirakan, kalau sewaktu tanggal 28 Desember 2025 lalu. Tanggul jebol dan limbah PKS PTPN IV Kebun Gunung Bayu tumpah ke aliran sungai, sehingga mengakibatkan ribuan ikan nila mati didalam kerambah apung milik kelompok budidaya ikan air tawar Teratai Mangkai Lama di Dusun X Desa Mangkai Lama, Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.
“Terkait persoalan ini sudah kita koordinasikan dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara”, ujarnya singkat.
Terpisah, Kepala Bidang Lingkungan Hidup Dinas Perkim dan LH Batu Bara, Tavy Juanda mengaku pihaknya sejak Rabu 1 – 3 Januari 2025 sudah turun kelapangan melakukan peninjauan ke lokasi tambak serta melakukan penelusuran aliran sungai yang melintas di Desa Mangkai Lama sampai ke perbatasan antara perkebunan PTPN lV Gunung Bayu dengan Desa Mangkai Baru.
Dari penelusuran tersebut, didapati aliran air sungai dimulai dari sekitar tambak hingga hulu perbatasan perkebunan Gunung Bayu, kondisi airnya terlihat berwarna coklat. Lalu sesudahnya, pihak Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Batu Bara langsung saja melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.
“Selanjutnya pada Senin 6 Januari 2025, bersama pihak Laboratorium (Lab) Badan Layanan Daerah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Asahan sudah turun mengambil sampel awal air sungai, guna melakukan pengamatan secara detail terhadap unsur yang ada dalam air tambak yang diambil langsung dari lapangan. Dan kita masih menunggu hasil Lab-nya”, kata Tavy.
Selanjutnya pada Selasa 7 Januari 2025 kemarin, pihaknya bersama personil Unit Tipidter Sat Reskrim Polres Batu Bara juga telah melakukan pengambilan sampel air sungai serta air dalam tambak. Maka dijadwalkan beberapa hari kedeoan pihaknya akan kembali turun kelapangan bersama-sama mendampingi Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.
“Menurut kami ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab ikan-ikan itu mati, bisa jadi akibat air tambak tercemar limbah. Namun bisa juga dikarenakan curah hujan tinggi yang mengakibatkan kadar asam rendah dan eceng gondok yang padat”, ucap Kabid Lingkungan Hidup tersebut.
Sementara itu Kepala Dinas (Kadis) Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batubara, Antoni Ritonga menyatakan, pihaknya bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Batubara maupun Asahan pada Kamis 2 Januari sudah turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan sekaligus mengambil sampel air untuk mengetahui penyebab matinya ribuan ikan Nila serta ikan air tawar lain di aliran anak sungai Desa Mangkai Lama.
Kemudian Antoni pun menegaskan, dugaan awal ikan-ikan tersebut mati akibat keracunan limbah, akan tetapi menurut Antoni untuk menyimpulkan penyebab matinya ikan-ikan tersebut. Pihaknya masih harus menunggu hasil uji Laboeatorium dari Badan Layanan Daerah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Asahan. (BP5)