
METRO24.CO, TANAH KARO – Tempat penitipan warga yang terjaring Razia Penyakit Masyarakat (pekat) khususnya wanita dari Satpol-PP diserahkan kepada Dinas Sosial setempat dimana daerahnya yang terjaring Razia.
Yakni, Tuna Susila Parawarsa Berastagi, merupakan pusat Se-Sumatera Utara tempat Pembinaan bagi wanita yang terjaring Razia untuk Dibina. Akan tetapi, tidak seperti kenyataan.
Pembinaan biasanya dilakukan supaya memberikan efek jera terhadap wanita yang terjaring razia pekat, supaya mereka bisa sadar diri dari perbuatan dosa sehingga kembali kejalan yang benar. Untuk mandiri dan tidak lagi kembali ke pekerjaannya di masa lalu. Bukan diberlakukan tidak manusiawi.
Berikut celotehan warga Binaan Tuna Susila Parawarsa kepada wartawan METRO24.CO Jum’at (24-11-2023).
Mereka menuturkan selama berada di Parawarsa tidak diberlakukan secara manusiawi, yang mana apabila ‘datang bulan’ mereka harus mengunting kain untuk dijadikan sebagai Pembalut Wanita karena tidak pernah diberikan oleh Petugas.
“Iya, pak kami terpaksa gunting kain untuk dijadikan pembalut wanita karena ngak pernah dikasih”, ungkap mereka secara serentak mengaminkan.
Bahkan yg lebih mirisnya, pakaian dalam wanita juga tidak pernah dikasih sehingga mereka harus cuci kering. Dan seketika secara spontan mereka menyebut ada beberapa diantaranya tidak memakai pakaian dalam karena belum kering.
“Celana dalam tak pernah dikasih, jadi kami harus cuci kering, ini aja sebagian teman kami ada yg tidak memakai celana dalam pak,” ujarnya sedih meneteskan air mata.
Untuk itu, sebagai bahan pertimbangan Dinas Sosial Sumut terhadap UPT Tunas Susila Parawarsa Berastagi, apakah begitu yang dinamakan Pembinaan manusia. Apakah Dana Anggaran untuk kebutuhan warga binaan tidak ada, atau ada dianggarkan namun dibelanjakan.
Susi Findiowaty, SE selaku Ka, UPT Tunas Susila dan Tuna Laras di bawah naungan Dinas Sosial Sumut di Kecamatan Berastagi memblokir nomor WhatsApp wartawan METRO24.CO sehingga tidak dapat dihubungi lagi untuk Konfirmasi. (John Ginting)