METRO24, BATUBARA — Kejadian seperti ini terus saja menjadi kontroversi yang selalu mengalami perulangan di setiap perhelatan hari bersejarah bagi daerah ‘Bumi Bertuah’, ya.. judulnya perayaan peringatan Hari Lahir Kabupaten Batu Bara.
Sama seperti sebelumnya, gegap gempita kemeriahan perayaan HUT ke 17 kali inipun lagi-lagi seperti kamuflase dengan dalih disuguhkan demi suka cita untuk mengenang perjuangan dalam rangka pemekaran kabupaten ini dari Asahan yang dulunya sebagai Kabupaten Induk.
Banyak pihak mungkin berharap besar bahwa semangat peringatan hari jadi Kabupaten Batu Bara akan menjadi momentum kalau Kabupaten yang teritorialnya dahulu merupakan eks wilayah Zuriat Kedatukan Kerajaan Melayu ini akan dibangun dan dikembangkan secara maju dengan penuh semangat rasa ikhlas minim pamrih.
Akan tetapi hiruk pikuk dan gembar gembor yang disuguhkan dalam acara, sebagian besar hanya menonjolkan kinerja Bupati sebagai Pemimpin selama 5 tahun bagaikan serangkian rekayasa beraroma politis dan itu masiv dipertontonkan dilatar panggung.
Malah nyaris tak ada dalam tampilan dalam video tron segubungan dengan sejarah awal kebaradaan hingga berdirinya kabupaten Batu Bara beserta segenap para pelaku sejarah yang memperjuangkan sampai terwujudnya menjadi daerah otonomi baru.
Event satu tahunan sekali ini nampaknya kian terkontaminasi dengan nuansa politisasi, dan oleh prilaku oknum-oknum yang cuma mencari keuntungan pribadi yang terindikasi sudah berkolaborasi dengan Panitia pelaksana acara yang notabene adalah Pemerintah Kabupaten Batu Bara.
Adalah Pihak Badan Kesbang Linmaspol Batu Bara sebagai PPA penanggungjawab acara, pastinya seketika mendapat sorotan tajam. Alasan ini dikuatkan setelah sejumlah crew dari beberapa media melakukan penelusuran dari terkait dugaan busuknya kong kalikong menghamburkan duit negara.
Usut punya usut, terbukti pemilik perusahaan E O (Evet Organizer) sebagai pelaksanaan yang mengatur tempat, panggung berupa Raging, mendatang artis ibukota dan menyediakan tenda untuk pedagang UMKM adalah warga Kota Kisaran Kabupaten Asahan bernama Andre Wayang.
Berdasar info yang terhimpun bahwa dia bekerjasama dengan MS seorang pengusaha Pasar Malam asal daerah Perlanaan, kecamatan Bandar, kabupaten Simalungun. Sehubungan dengan ini bahkan diteruskan dengan konfirmasi wartawan dari grup Wappress Limapuluh, bahwa Andre wayang yang disebut sebagai EO sempat memberi jawaban tidak mengenakkan.
Terutama begitu diketahui Andre saat wartawan yang meneleponnya, meminta untuk berjumpa. Dan seketika itu pula, dari seberang HP Andre terdengar spontan tergantikan dengan suara seorang wanita.
“Kami jangan diganggu dulu, nanti aja sehabis acara”, bilang wanita tersebut tanpa menyebut siapa namanya sembari mengatakan HP milik Andre dititipkan kepadanya karena Andre pergi ke toilet, sebelum akhirnya ia menutup telepon seluler milik Andre.
Selanjutnya sambil berjalan-jalan ditengah-tengah hiruk pikuk beragam acara di arena Perayaan semarak 17 tahun hari jadi Kabupaten Batu Bara, media inipun mendapatkan info negatif terkait stand yang dibuat panitia disekeliling teratak.
Rumor yang berhasil dihimpun tentang Stand yang seyogyanya diperuntukkan bagi OPD Pemkab Batu Bara, BUMN, Perusahaan Swasta dan UKM guna mendukung kemeriahan acara.
Ternyata berbayar dan salah seorang pramuniaga berinisial ‘AL’ menyebut ada pihak yang pungut bayaran dengan besaran bervariasi antara Rp. 2 juta hingga 4 juta per setiap stand.
Namun saat dikonfirmasi lewat pesan whatsappnya, Sabtu (9/12/23), mempertanyakan soal sewa menyewa stand ini, Kaban Kesbang Azwar sendiri selaku PPA kegiatan sama sekali tidak menggubris pertanyaan.
Padahal untuk pembiayaan segala rangkian kegiatan acara Semarak HUT ke-17 kali ini, Pemkab Batu Bara sengaja menanggarkan dan menggelontorkan dana hingga senilai kurang lebih Rp. 1,5 Milyar dari sumber APBD tahun 2023 (diduga kuat disisipkan dari pos anggaran dana Hibah Pemilu).
Maka wajar jika kemudian memunculkan kekhawatiran banyak kalangan, akan kembali terjadi mark-up sebagaimana kejadian yang pernah terjadi pada perayaan sebelumnya. Terutama seperti peristiwa pada HUT Batu Bara yang ke-13 pada tahun 2019 silam.
Rekam jejak digital HUT Batu Bara ke-13 yang penuh mark-up begitu parah, terkesan kembali terulang dengan ciri-ciri yang sama persis seperti kejadian HUT ke-17 kali ini. Ada tenda stand pameran yang di isi oleh seluruh OPD, intansi pemerintah, perusahaan BUMN dan swasta serta pedagang UMKM.
Ada pergelaran lomba, ada fashion show Dekranasda, ada mendatangkan personil grup band dan beberapa artis dengan kemegahan kemilau cahaya raging dan sound sistem, dan ada parkir berbayar walaupun acara tersebut digelar diatas tanah pemerintah dari pembebasan HGU PT. Socfindo. (Bimais)